Senin, 02 November 2009

Kodrat Manusia Bila Tanpa Staratifikasi


Manusia pada hakekatnya memiliki derajat dan martabat yang sama di mata sang Pencipta Alam Semesta. Tapi mengapa manusia itu sendiri yang mendiskriminasikan satu dengan yang lainnya. Manusia menggolong-golongkan dirinya berdasarkan status dan peranan yang mereka miliki (stratifikasi). Mereka menggolong-golongkan dirinya dengan berdasarkan kekuasaan, kedudukan, jabatan, ilmu, kekayaan dan lain sebagainya yang mereka rasa lebih unggul untuk dimiliki dibandingkan manusia yang ada di bawahnya.
Mereka mengenal banyak golongan dari hasil pendiskriminasian (pengkotak-kotakan) tersebut seperti golongan miskin dan kaya, golongan elit dan jelata, golongan primitif dan modern. Apakah itu sudah menjadi kodrat manusia utnuk saling menindas dan memperbudak golongan yang ada di bawahnya ? Golongan yang kuat menindas golongan yang lemah, golongan elit menindas yang jelata, golongan ahli menindas yang awam, golongan yang mayoritas menindas golongan yang minoritas, bahkan golongan yang lebih modern pasti akan menindas golongan yang masih primitif, dan lain sebagainya.
Apakah diskriminatif dan staratifikasi yang dibuat oleh manusia itu sendiri perlu ada dalam kehidupan sosial manusia? Apakah diskriminasi dan stratifikasi tersebut terlahir secara alamiah sesuai dengan proses perkembangan budaya dan sejarah manusia ? Jawabnya dapat kita tengok dalam sejarah yang telah tertulis dan yang akan ditulis oleh manusia itu sendiri.
Lalu sebagai pertanyaan terakhir. apakah itu semua seirama dengan pengakuan persamaan hak asasi manusia dan demokrasi yang dlam dekade ini diperjuangkan mati-matian oleh umat di seluruh dunia? Lalu apakah pada akhirnya nanti semangat "persamaan akan hak asasi manusia" tersebut akan menyembuhkan kodrat manusia yang memiliki harkat dan martabat yang sama di mata Tuhan dan sekaligus di mata manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar