Senin, 16 November 2009

Balada Si Petani

Paling enak jadi petani hidup di desa tanpa basa-basi.
Hidup rukun saling asih tiada niat yang tersembunyi.
Paling enak jadi petani walau makan cuma sesuap nasi.
Hidup rukun bersama sanak famili tiada niat tuk mencuri.


Paling enak jadi petani tiap malam bisa tidur mendengkur
Hidup rukun bertetangga saling akur
Paling enak jadi  petani tiap malam mesti bersyukur
Hidup rukun bertetangga tanpa ada rasa takabur

Paling enak jadi petani tiap hari pergi ke sawah
Tiada berfikir 'tuk hidup mewah
Paling enak jadi petani tiap hari pergi ke  ladang
Tiada berfikir 'tuk bisa menang

Paling enak jadi petani tiap hari selalu bernyanyi
Tanpa ada beban di hati
Paling enak jadi petani tiap hari selalu mengaji
Tanpa ada harap 'tuk diberi

         

Si Pitung - dramaku

Kegiatan     : Drama Sekolah

Jenis           : Campur Sari

Momentum : Pelepasan Siswa Kelas VI Tahun Ajaan 2006-2007

Tema           : Si Pitung

Scene 1 : Markas Kompeni
Suasana : Siaga

Music : Genderang Perang

-------------------------------------------------


Kopral Bejo : “….. E hem ! Huk.. huk…huk !!”
 Jaga lagi… jaga lagi….
Ikut Kompeni sudah hampir enam tahun kok nasibku tetap saja melarat….
Setiap hari di suruh jaga…jaga terus…….

Gua disuruh jaga siang dan malem… eh…orang-orang Belanda
pada enak-enak tidur molor seperti kathok kolor.....
Dulu aku pernah dijanjiin sama Kompeni….
Bila ikut dan mengabdi pada Belanda akan dikawinkan oleh nonik-nonik Belanda
Lalu kapan….. kapan….?!”
Kopral Parmo : “…… Hey…. Londo Ireng….!!

Jaga…. kok ngomel aja…..
Ntar… kesurupan Mak Lampir baru tahu rasa… !!
Kopral Bejo : “ Hus….!! Ngomong apa kamu Parmo….!!
Panggil orang kok londo ireng….
Kamu sendiri londo apa….?!
Kopral Parmo : “Aku khan londo asli….Djo…!!”

Kopral Bejo : “Asli apanya…… Londo kok lorek seperti tekek gitu….!!”
Kopral Parmo : “Hehehe……….!!”
Kopral Bejo : “Ngomong-ngomong pada kemana nich bule-bule kompeni itu?
Kopral Parmo : “Apa situ nggak tahu kabar….djo!! Mereka sedang patroli ke desa-
desa  untuk mencari Si Pitung…!!
Kopral Bejo : “Emangnya Si Pitung punya utang kriditan ama Kompeni……?”

Kopral Parmo : “Kamu semakin hari…kok tambah semakin goblok……aja djo!!

Makanya sering baca koran dong kamu djo……..

Jangan urek-urek tombok-an aja…..!!”

Kopral Bejo : “Tombok-an udelmu bodong mo…..!!

Kopral Parmo : “Si Pitung dicari-cari Belanda gara-gara ia selalu melindungi dan

melawan Kompeni.

Pitung berani menghalang-halangi kompeni dalam menarik pajak

Pada penduduk desa…!!”
Kopral Bejo : “Berani sekali dia……

Anak siapa sih dia itu mo….??”

Kopral Parmo : “Ya..anak orang djo….!!

Masa anak gendruwo……!!”

Kopral Bejo : “Eh…., barangkali anaknya emakmu….mo !!”

Mener : “Kopral……!!”

Kopral B+P : “Siaaap….mener…..!!”

Mener : “Overdoses…….!!

Kamu orang jaga markas apa jagongan he !!

Pringas…pringis kayak tokoll… he….!!

Apa kamu orang tidak tahu he….!!

Kompeni pada sibuk cari itu orang yang bernama Pitung…he!!

You malah enak-enak medongkrong sambil makan singkong…!!

Overdoses….!!”

Kopral Bejo : “Habis lapar Mener….!!”

Mener : “Overdoses….

Lapar… lapar…memang kamu orang pada gragas semua….he!!

Masa supermi sepuluh kerdhus kamu orang sikat habis…

Kamu itu orang apa tikus…he!!

Ikut kompeni harus kerja yang betol….

Nanti bayaran kamu orang akan dinaikan he….!!

Kopral Parmo : “Bayaran saya bulan kemarin belum diberi Mener…!!

Mener : “Overdoses…..

Kamu orang belum bayaran……

Aku tidak percaya sama kamu orang… !!

Lihat ini he…..!!

Catatan ngebon kamu panjangnya kayak sepoor…!!”

Kopral Parmo : “He..he…he…., lupa mener….!!

Mener : “Lupa gundulmu….he!!”

Letnan O’on : “Lapooor mener…..!!”

Mener : “Ada apa kamu orang kok bedigasan masuk markas he…!!”

Letnan O’on : “Si….si….si……….!!”

Mener : “Hus… Overdoses…..!!

Laporan yang benar kamu orang he….!!”

Letnan O,on : “Pi…pi…pitung….mener !!”

Mener : “Ada apa dengan pitung letnan ?”

Letnan O,on : “Sipitung mengamuk…..mener….!!

Anak buahku banyak yang jadi korban….mener…!!

Mener : “Overdoses…..

Berani sekali pitung kembali masuk desa he….!!

Kamu orang apa tidak bisa menangkapnya he….!!”
Letnan O.on : “Kami sudah sekuat tenaga ingin menagkapnya mener…

Tapi dasar sipitung aja yang licin seperti belut mener!!”

Mener : “Overdoses……

Dasar kamu orang memang tidak becus…..he!!

Kamu orang londo goblok…he!!

Bisamu orang cuma habisin beras dalam lumbung aja he…..!!”

Letnan O’on : “Maafkan kami mener…..?!

Mener : “Sekarang ada di mana itu orang bernama pitung he….?!

Letnan O’on : “Tadi kami bentrok di depan rumah kyai Sableng mener…!!”

Mener : “Kyai Sableng…..

Overdoses…., jadi itu kyai Sableng ikut-ikutan mendukung si pitung he…!!”

Letnan O’on : “Benar mener…!!

Si Rokhaye anak kyai Sableng khan pacarnya si pitung mener…!!”

Mener : “Apa arti itu pacar …he letnan !!”

Letnan O’on : “Pacar itu sama dengan tunangan kalau di Nedherlans sana mener!”

Mener : “Kalau begitu…., kamu orang ikut aku semua……

Tangkap itu orang yang punyanama Pitng di rumah kyai Sableng!”

Semua : “Siap mener……!!”


Scene 2 : Rakyat Desa

Suasana : Ketakutan

Musik : Pedesaan

---------------------------------------------

Mbok Yem : “Pak….., pak…., pak Karto !!
Dimana sih orang ini….. Dicari dari tadi kok tidak ada….
Sudah kucari di sawah….nggak ada…!!
Kucari di empang juga nggak ada….!!
Barangkali dia sembunyi di kolong tempat tidur ya…?!
Maklum… dia khan banyak utangnya ama tukang kridit…..
Tiap hari kerjanya sembunyi melulu…..!!
Pak…., pak……pak-.nee….!!
Pak Kerto : “Ada apa sih bu.-ne…!!
Kudengar dari tadi kok berteriak-teriak memangilku terus……!!
Apa kau kira aku ini sudah budeg ya….!!”
Mbok Yem ; “Habis dari tadi dipanggil nggak ada sahutan sama sekali….
Emangnya lagi apa kamu pak-ne….?!”
Pak Kerto : “Apa kamu nggak tahu bu-ne……
Kompeni sedang marah besar pada penduduk desa ini…..!!”
Mbok Yem : “Memangnya salah apa penduduk desa ini pada mereka pak-ne ?!
Pada hal kita selalu membayar pajak pada mereka…..!!”
Pak Kerto : “Memang sebagian penduduk dusun kita taat membayar pajak…
Tapi di dusun-nya si-Pitung mereka pada mogok membayarnya !!”
Mbok Yem : “Siapa pak-ne….si Pitung ….?!
Berani sekali dia melawan kompeni pak-ne….”
Pak Kerto : “Iya …., siapa lagi kalau bukan Pitung-nya wak Mbrok... bu-ne!!
Pemuda dusun sebelah yang sangat pemberani….!!”
Lurah : “Assalamu ‘alaikum…..!!”
Kerto/Yem : “Wa-alaikum Sallam…..!!”
Kerto : “Oh…., pak Lurah……
Mari-mari silakan masuk……!!
Ada apa kok kelihatannya pak Lurah terburu-buru…..?
Lurah : “Kerto…., apa kamu tidak dengar kabar……
Kompeni marah-marah……
Mereka menembak penduduk yang membangkang tidak mau
Membayar pajak…..
Mener Van Heyne sudah gelap mata…., seperti orang yang telinganya kemasukan orong-orong…!!
Semua penduduk desa digeledah…….
Siapa yang berani menyembunyikan si-pitung ikut dibrantas…!!”
Mbok Yem : “Aduh…., bagaimana ini pak-ne……??”
Kerto : “Tenang….tenang mbok-ne…jangan membuat aku jadi takut….
Bagaimana ini pak lurah…., apa kami harus mengungsi…..?!”
Lurah : “Terlambat Kerto……, kompeni sudah ada di depan rumahmu…
Lihat itu kerto….. Mener Van Heyne matanya melotot sampai hampir copot…., ayoo…lari Karto…..!!”
Mbok Yem : “Aduh…., aduh…. Pak-ne, ayo kabur pak….aku sangat takut….!!”
Mener : “Overdoses……..!!
Kamu orang mau lari kemana he….!!
Jangan harap kamu orang dapat lari dari sini he…..!!
Ayo Letnan tanya pada mereka…….!!”
Letnan O’on : “Hey kecoak-kecoak ndeso…..!!
Apa kalian tidak tahu di mana si-Pitung sembunyi hah….!!”
Karto/Yem : “Kami ti…ti…dak ta…hu… tu….tu…aaan…ampun….!!”
Letnan O’on : “Jangan bohong sama kompeni kamu hah…..!!”
Kerto : “Ampun…..tuan…., kami benar-benar nggak tahu itu orang….!!”
Mener : “Overdoses……!!
Dasar kamu orang tikus-tikus gudiken…..!!
Berani-beraninya bohong….. Overdoses……
Mbok Yem : ‘Ampun tuan….., jangan tendangi suami saya…..
Kasihani dia tuan…….!!”
Mener : “Dasar tua bangka overdoses……!!
Biar kamu orang jadi rondo kempling he……!!”
Mbok Yem : “Ampun tuan….., kami benar-benar tidak tahu …..!!”
Letnan O’on : “Bangsat……., masih juga berbohong kamu orang hah…..!!”
Cipluk : “Angan….angan….angan akiti emak-cu………!!”
Mener : “Overdoses…..!!
Siapa kamu orang….., bayek-bayek sudah berani melawan….!!”
Karto : “Ampuni dia tuan, jangan sakiti anak kami……!!”
Letnan : “Hahaha……., hehehe…….
Kalian ini sudah pada tua….., tapi kok masih punya anak sekecil Ini he….!!
Kopral : “Hahahaha……, nemu anak jin barangkali Letnan….haahaaha !!”
Letnan : “Hus…… diam….!!
Hei bocah tengik….., siapa namamu he…?!”
Cipluk : “ama-ku….ama-ku….Cipluk…..om….!!”
Letnan : “Anak pintar…..
Cipluk….., apakamu tahu dimana sembunyinya si Pitung hah ?!”
Cipluk : “Ciapa…..ciapa…..om……?!”
Letnan : “Namanya si-Pitung…….nggooook….!!”
Cipluk : “Ciapa…..si-Buntung……?!”
Mener : “Overdoses…….!!
Dasar anak tuyul…….!!”
Letnan : “Bukan si-Buntung….., tapi si-Pitung……!!
Dasar anak setan….!!”
Cipluk : “Oh…., mbang Itung…..!!
Acu…..acu ….acu……..cau……om… !!
Mbang Itung….embunyi die bun ebu……..!!”
Letnan : “Hahaha….., anak pinter……!!
Nanti om beri hadiah ya………, es jusss…..!!”
Mener : “Dimana itu Pitung sembunyi Letnan……?!’
Letnan : “Dia sembunyi di kebun tebu mener…..!!”
Mener : “Overdoses…….
Kalau begitu…., siapkan pasukanmu Letnan……!!
Kita grebek itu sarang penyakit…..
Letnan : “Siap….Mener….!!
Pasukan siap…………grak…!!”
Kopral : “Siap…………!!”
Letnan : “Ayo berangkat……….!!”


Scene 3 : Kebun Tebu

Suasana : Tegang

Music : Pedesaan

----------------------------------------------
Pitung : “…hm!! Sudah jam segini rokhaye kok belum juga datang ya…
Biasanya ia selalu tepat waktu untuk membawa kiriman makan…
Aduh….perutku sudah terasa sangat lapar sekali……
Apalagi ini cacing dalam perut……
Tidak mau diajak kompromi…..selalu unjuk rasa tidak mau
menunggu barang sebentar…..!!”
Nonik : “Hallo…. Apa kabar abang Pitung…..
Ngapain abang Pitung cengar-cengir sambil memegangi perut ….
Apa perut bang pitung sakit ??”
Pitung : “Hm…., bukankah anda putrinya Mener Van Heyne…..
Ada perlu apa anda kemari….??”
Nonik : “Sudah lama Ike mencari bang Pitung…..
Kesana-kemari tidak pernah ketemu……
Eh…., ternyata bang Pitung sembunyi di sini……
Apa bang Pitung sedang mempelajari ilmu garangan….
Kok sembunyinya direrumbutan kebun tebu…..?!”
Pitung : “Ah…., anda bisa saja bercanda nonik.
Disini aku merasa aman dan tidak terganggu dari kejaran para begundal kompeni…..!!
Lalu….., Nonik sendiri ngapain mencari-cari aku ?!”
Nonik : “Terus terang……
Sejak lama Ike sangat kagum akan keberanian abang Pitung…
Abang Pitung sangat pemberani membela rakyat kecil desa ini
dari kekejaman Papaku….!!”
Pitung : “Ah….., nonik terlalu banyak memuji…..
Memang suatu keharusan bagi kami murid Kyai Sableng untuk
selalu membela rakyat kecil dari kekejaman kompeni…!!”
Nonik : “Mulia sekali hati bang Pitung…..
Karena itulah semakin hari Ike semakin kagum sama kamu bang!”
Pitung : “Maksud Nonik…..??”
Nonik : “Ike merasa….., Ike telah jatuh cinta kepada bang Pitung….!!”
Pitung : “Apa….!! Nonik jatuh cinta padaku……
Tidaklah pantas bagi anda untuk mencintai aku …..
Derajat kita sangat jauh berbeda…….
Anda seorang putrid penguasa kompeni…., sedangkan aku….hanyalah seorang pribumi biasa….!!”
Nonik : “Bukankah persamaan derajat antar bangsa itu yang abang Pitung perjuangkan.. Jadi…., tidak perlu abang Pitung merendahkan diri……
Derajat Ike ama darajat abang Pitung adalah sama !!”
Pitung : “Bukan itu maksud saya……
Aku tidak dapat menerima cinta Nonik…..!!”
Nonik : “Apa Ike kurang cantik……..
Apa Ike kurang manis………
Apa Ike kurang bahenol bagi Pitung…..?!”
Pitung : “Bukan itu…. Sekali lagi aku minta maaf padamu……
Karena aku telah memiliki seorang kekasih…..
Rokhaye namanya putri guruku sendiri……..!!”
Nonik : “….jadi….,jadi abang Pitung sudah memiliki seorang kekasih…..?!”
Pitung : “Benar…..!!”
Rokhaye : “Assalamu a’laikum !!”
Pitung : “Wa ‘alaikum sallam !!
Kamu Rokhaye……, kok lama sekali…..
Perutku sangat lapar sekali…..
Mana pesananku kemarin…..?!’
Rokhaye : “Habis …. Penjagaan kompeni sangat ketat bang…..
Sehingga aku harus mencari jalan memutar ke kebun ini…..
Ini bang…….nasi liwet dan sambal ikan klitok pesanan abang !!
Ngomong-ngomong….
Siapa dia ini bang……?!’
Pitung : “Oh…iya hamper lupa……
Dia ini Nonik putrinya Mener Van Heyne…..!!”
Nonik : “Jadi ini orang yang namanya si-Rokhaye bang Pitung !!
Wah…., cantik sekali………
Makanya abang sangat mencintainya…..!!”
Rokhaye : “Ah…., Nonik berlebihan kalau memuji……
Ada keperluan apa anda datang ke tempat yang kotor ini….?/”
Nonik : “Ike datang kemari untuk memberitahukan bahwa Papa dan
Anak buahnya sedang melalukan operasi pembersihan mencari
Abang pitung hidup atau mati…..!!”
Rokhaye : “Mengapa anda memberitahukan hal ini…..
Itu bebarti anda telah membantu perjuangan rakayat desa ini…
Dan anda telah melawan kompeni….?!”
Nonik : “Ike berani menanggung resiko……
Biar Ike mati sekalipun….., Ike tetap mendukung perjuangan
Rakyat desa ini dari penindasan kompeni….!!”
Mener : ‘Overdoses……!!
Rupanya kalian sembunyi di sini…..
Dasar para cecorot…….
Beraani-beraninya kalian membangkang dan melawan kompeni….!!”
Letnan : “Apa perlu saya tembak mati mereka Mener…..!!”
Nonik : “Papa…..!!
Papa jangan bertindak kejam pada mereka…..
Mereka melawan itu karena merasa tidak kuat lagi menerima
kekejaman Papa…..!!
Mener : “Overdoses…..
Tutup mulutmu…….
Ngapain kamu blakrak-an ke tempat ini…..
Bukankah tugasmu hanya belajar di rumah…..
Dasar anak kurang ajar kau ini…..!!”
Nonik : “Percuma Ike sekolah sampai tinggi…..
Yang nantinya Ike hanya mewarisi kekejaman Papa saja…..!!
Ike dilahirkan di tanah ini ini Papa…..
Ike makan dan minum di tanah ini Papa…..
Hati Ike sudah menyatu dengan tanah ini Papa…..
Inilah tanah air Ike……..!!”
Mener : “Dasar anak tak tahu diuntung……
Overdoses……, lebih baik you pulang aja ke Holland sana saja…!!
Percuma saja Papa punya putri yang hanya membangkang perintah Papa!!”
Letnan : “ee…..Mener…..!!
Barangkali putri anda minta dirabek-no…..!!”
Mener : “Apa itu dirabek-no …..Letnan ?!”
Letnan : “itu artinya….,putri Mener minta dikawinkan…..
Biar tidak blakrak-an saja kerjanya…….!!”
Mener : “Sama siapa letnan….??”
Letnan : “Yang paling pantas ya….sama Ike orang Mener….hehehe…..!!”
Nonik : “Dasar Letnan blo-on…
Nggak sudi Ike dikawinkan sama kamu orang…..!!”
Letnan : ‘Apa Ike kurang cakep…nonik……?!
Kata orang-orang Ike-khan mirip seperti David Becham……!!”
Nonik : ‘Memang sangat mirip….Letnan….
Tapi ….., lebih mirip sama itu monyetnya David becham….!!”
Kopral : “Hahahaha……memang mirip sekali !!”
Letnan : “Hus……., pada tertawa menghina kalian…………
Apa kalian mau saya suruh push up sepuluh ribu kali……he !!
Biar tulang belulang kalian mrotol-li……!!”
Mener : “Overdoses……..!!
Jangan banyak ngomong saja kalian…..
Ayo…cepat tangkap si Pitung !!”
Pitung : “Sekali lagi aku peringatkan…..
Berani maju satu langkah saja……
Bakal copot kepala kalian…….!!”
Kopral : “Waduh……..!!
Bagaimana ini….., sego rawon masih enak …..!!’
Letnan : “Dasar pengecut…..!!
Ayo maju serang si Pitung….kopral……!!”
Pitung : “…….hahahaha………!!”
Dari pada tidak ada yang berani maju…..!!
Lebih baik aku tunggu kalian di pasar desa……!!”
Mener : “Overdoses……
Mengapa kalian biarkan si Pitung melarikan diri ha…..!!”
Letnan/kopral : ‘Habis kami takut ditebas ama goloknya mener……!!”
Mener : “Dasar Londo goblok semua kalian……
Ayo…..cepat kejar dia……!!”


Scene IV : Pasar Desa

Suasana : Hiruk-Pikuk

Music : Prau Layar

---------------------------------
Bok Bariah : “Jak…rujak……!!
Rujaknya mas……, monggo mampir…….
Jak-.rujaknya enak sekali…….
Rujak petis……dapat membikin orang meringis…..
Rujak manis….., bikin orang tak-khan menangis…..
Rujak ulek mas….., bikin orang sembuh dari pilek….
Rujak Cingur mas….., bikin orang tak pernah ngluyur….
Bo…abo…..!!
Sudah ditawar-tawarkan ter-muter dari pagi….
Kok….tak ada orang yang mau mampir membeli……
Bo…abo…..!!
Yang mampir kok malah laler….clok-menclok terus….!!”
Mbok Yah : “Hus…..!! Dagang kok ngomel terus…….
Mana mau datang itu rejeki…….
Kalau dagang harus sabar…..Bok.!!
Barangkali rujakmu itu kurang enak….. bok !!
Rujak kok petisnya selalu dicampuri formalin .…..!!”
Bok Bariah : “Bo…abo !! Ngocak apa sampeyan…….Yah !!
Be-en kok ngocak sembarangan……..
Nggak mungkin rujak engkok…dicampur formalin….tak iye
Jok cem-macem sampeyan……
Opo sampeyan kepingin ketiban gelungan engkok….!!”
Mbok Yah : “Nggak sudi aku ketiban gelunganmu Bok…..
Lha wong gelunganmu tumo-ne gedhene sak kecoak-kecoak ngono…..!!”
Bok Bariah : “Bo….abo !! Sampeyan jualan dawet ter-muter yoo nggak yu-payu….tak-iyeNgono kok ngenyek rujak-ku….!!”
Mbok Yah : “Sopo sing ngomong….dawetku nggak payu…..
Sorry djoo…., sing tuku mau isuk podho antri
Dowo-ne antrian sampek teko balai desa…..!!
Opo meneh wingi……sing tuku podho rebutan…..Yah !!
Yel-uyelan njaluk ngombe dawet sing enak Yah…..!!”
Bok Bariah : “Bo…abo !! Seneng nggedhabrus……bei sampeyan……!!
Wet-dawet koyok kora-kora-an nngono bei kok enak…….
Sing tuku bei….padha goblok……tak iye !!”
Mak Tun : “Oaalaaah…….!!
Sampeyan kabeh iki dhodholan opo eker-eker-an wae see…..!!
Tak rungok-no soko kadho-an swarane pating jemlerit…….!!
Opo sampeyan ora isin tah….dirungono wong sak pasar !!”
Bok Bariah : “Bo..abo…..!! Konco sampeyan iki sing we-gawe perkoro dhisik !!
Ko-teko wis….ngulokno jak-rujak engkok dicampur formalin….tak-iye !!”
Mak Tun : “Yo…wis…., ora usah digawe gedhe…..
Saiki sing podho rukun… ora perlu geger-an wae……
Sesama pedagang pasar harus saling menghormati…..
Lak kadhos ngoten pituture wong tuwo rumiyen……?!”
Semua : “Ngge leres………...!!
Iyoot tak- kanak…….!!”
Kopral Parmo : “Bubar…..bubar……!!
Ayo pada bubar semua…..!!
Pasar mau ditutup………..!!”

Mak Yah : “Ampun ndoro…tuan……..
Jangan ditendangi dagangan kulo…..!!”
Bok Bariah : “Iyoot ……. ampun ro-ndoro londo…..
Jak-rujak engkok jok did ok-sadok……
Isok lat-mencelat iku leg-uleg….engkok !!”
Letnan : “……mana si-Pitung……??
Sembunyi di mana dia orang hah…..!!
Cepat beritahu…….!!”
Mak Tun : “Ampun ndoro Kompeni……
Dari tadi kami tidak melihat si Pitung…..!!”
Mak Yah : “Benar ndoro……
Yang kelihatan tadi si-Pincang yang lagi ngejar layangan…ndoro…!!”
Mener : “Overdoses…..!!
Bakar saja pasar desa ini Letnan…..!!
Biar itu orang bernama Pitung keluar dari persembunyiannya….!!”
Bok Bariah : “Ngan-jangan ndoro tuan…..
Kalau pasar diobong….engkok jualan kemana tak-iye….!!”
Letnan : “Ya…kalian jualan di pinggir larak-an sana….!!”
Mener : “Overdoses……
Jangan banyak cingcong aja kamu Letnan……
Cepat bakar itu pasar……!!”
Pitung : “Tidak perlu kalian bakar pasar ini…..!!
Aku siap menghadapi kalian semua…….!!Cepat kalian tinggalkan tempat ini mbok…..!!
Biar hari ini aku habisi semua kompeni goblok ini….!!”
Semua Kompeni : “Hah….!!
Pituuung……..!!”
Mener : “Ayo…..cepat tangkap dia…..!!”
Kopral : ‘Ayo…..kepruk saja dia…..!!”
Letnan : “Bacook…….Si pitung…!!

Maka terjadilah pertarungan yang cukup sengit !! Satu demi satu para pengawal Tuan Mener dapat dihabisi oleh si-Pitung.
Melihat anak buahnya banyak yang terbunuh, Tuan Mener jadi marah besar dan mengarahkan moncong pistolnya ke arah si Pitung yang sedang lengah menghadapi keroyokan anak buah Tuan Mener yang masih hidup.
Hingga muncul si Nonik yang mencoba melindungi si Pitung yang akhirnya tertembak ditembus peluru Papanya sendiri……
Dan melihat Nonik tewas di moncong senjata Tuan Mener, maka kalaplah si Pitung hingga ia menyabetkan goloknya ke perut Tuan Mener. Tak lama kemudian ambruklah tubuh si Mener bersimbah darah dan akhirnya tewas.
Melihat Tuan Mener tewas bersama para pengawalnya, para penduduk yang tadinya bersembunyi di sekitar Pasar tersebut akhirnya memberanikan diri untuk melihat si Penguasa yang selama ini kejam terhadap mereka. Tak ketinggalan Kyai Sableng turut serta melihat peristiwa itu dari kejauhan. Dengan tersenyum lembut di matanya tergambar kebanggaan terhadap si Pitung muridnya yang gagah berani dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan.






Fiktif Narasi

By Soelistijono, s.pd
























































































































































































CPNS (Calon Pegawai Nekat Segalanya)


Banyak para pemuda dan pemudi di tanah air yang usianya tergolong produktif berlomba-lomba untuk dapat mengikuti test CPNS dengan harapan dapat diterima menjadi PNS. Apakah sedemikian antusiasnya mereka berlomba-lomba untuk dapat mengikuti test CPNS tersebut walaupun kebutuhan pegawai yang ditetapkan oleh pemerintah cuma beberapa gelintir pegawai saja.
Apakah pemerintah benar-benar membutuhkan tenaga tersebut untuk direkrut, ataukah hanya sebagai tindakan preventif terhadap antusiasme masyarakat usia produktif terhadap "pamor" PNS.
Mereka berebut peluang hingga memasuki daerah "otonomi" masyarakat lain, sehingga menambah deretan jumlah angka pesaing memperebutkan posisi CPNS tersebut. Tindakan sportivitas seperti itu patut untuk diacungi jempol dibandingkan dengan beberapa dari mereka yang bergerak bagaikan "siluman" untuk mencari jalan lewat "jalur belakang".
Apakah seperti ini kondisi obyektifitas sistem rekrutmen PNS di negara kita ? Ataukah memang ada pihak-pihak tertentu yang memilki "taring" hingga mampu mefasilitasi golongan "jalur belakang" tersebut ?
Jawabnya secara fenomenal telah tergambarkan secara terbuka dan bukan rahasia lagi di tanah air kita yang tercinta ini.
Bagaimana dengan mereka yang secara prosedural dianggap benar-benar mampu untuk mengisi kursi tersebut  dibandingkan dari mereka yang hanya mampu dengan "banyaknya doku" dalam bersaing ? Apakah nanti tidak ada keraguan terhadap loyalitas kerja mereka yang telah mengorbankan banyak "doku" dibandingkan dengan mereka yang benar-benar cakap/ahli di bidangnya untuk mengisi posisi rekrutmen CPNS tersebut ?
Apakah sistem seperti ini akan tetap lestari di tanah air kita  hingga anak cucu kita nantinya ?
Apakah dengan sistem seperti ini akan terlahir para pemimpin bangsa yang berkarakter "aneh-aneh" ?
"Jawabnya hanya di atas yang paling atas sana ...."

Rabu, 04 November 2009

Topeng Kehidupan


Topeng adalah tiruan bentuk wajah yang menyerupai bentuk manusia, binatang, setan atau yang lain dan digunakan untuk menutupi atau menyembunyikan wajah yang asli.Topeng terbuat dari kertas, kulit, kayu, maupun plastik sebagai bahan dasarnya.
Topeng biasanya digunakan untuk berbagai pertunjukan baik seni, permainan, ataupun acara ritual tertentu (contoh = pesta hellowen). Fungsi dari topeng digunakan supaya wajah asli si-pemakai topeng secara langsung tidak dikenali oleh pihak lain disamping fungsi artistik dan keindahan.
Sedangkan "topeng" dalam tanda kutip berarti bukan topeng secara umum yang digunakan oleh pihak-pihak yang memiliki niat/tujuan tersembunyi agar tidak secara langsung dapat diketahui pihak lain. Topeng yang satu ini merupakan topeng asli yang pada hakekatnya adalah wajah palsu bagi yang memiliki wajah.
Kebanyakan dari manusia tidak menggunakan wajah aslinya, justru mereka bersembunyi di dalam topeng-topeng wajah palsunya. Hal ini berarti :
1. Kebanyakan manusia tidak percaya kepada kemampuan yang mereka miliki
2. kebanyakan dari manusia memiliki peranan palsu untuk menambah atau menyembunyikan peranannya yang utama/asli
3. Kebanyakan dari manusia yang memakai "topeng" memiliki tujuan/kepentingan yang tersembunyi dan disembunyikan agar mendapat keuntungan bahkan dapat merugikan/mencelakakan pihak lain.
Maka dari itu "topeng" yang dikenakan oleh manusia yang seperti ini perlu untuk segera dilepaskan baik secara damai maupun dengan jalan paksaan agar kedok/topeng dari wajah aslinya terbuka.
Apakah diri kita termasuk dari golongan manusia-manusia yang "bertopeng" seperti di atas ? Ataukah diri kita termasuk dari golongan-golongan manusia yang telah melepaskan "topeng" tersebut? Jawabnya hanya pada diri anda sendiri.

Senin, 02 November 2009

Sajadah Alam

Sajadah alam terbentang luas dan terhampar di atas permukaan bumi. hal ini menegaskan bahwa bumi sebagai sajadah alam akan selalu terbuka menerima sujud dan penghambaan manusia kepada sang Pencipta Alam Semesta dari sudut arah manapun (minal masriqi wal maghribi).

Semua bentangan alam di permukaan Bumi laksana hamparan karpet sajadah yang dapat digunakan oleh semua para pencarri kebenaran (Tuhan) untuk bersimpuh memohon keridhoan-Nya.
Dihamparan sajadah alam sebenarnya tidak dikenal adanya penggolongan versi manusia terhadap perbedaan ras, suku, agama, bahkan asal usul bangsa sekali-pun. Mereka memiliki hak yang sama untuk bersimpuh meletakkan dengan rendah kedua telapak tangan serta mempertemukan wajah dengan bumi untuk bersujud kepada sang pencipta.
Mengapa Tuhan memilih bumi sebagai hamparan sajadah-Nya? Apakah bumi sangat sesuai dengan kodrati manusia yang dengan mudah dapat menyesuaikan diri secara enevolusi dengannya. Ataukah bumi dijadikan ketetapan sebagai tujuan akhir bagi berkembangnya manusia yang terdahulu yang telah mendurhakai Tuhan?

"Merah Putih" dan "Gula Kelapa"


Terdapat dua warna dasar yang dijadikan "maskot" warna bendera negara Indonesia. Kedua warna dasar tersebut yaitu merah dan putih. Warna merah dilambangkan sebagai simbol keberanian dalam menentang, merebut, dan mempertahankan kemerdekaan bangsa. sedangkan warna putih melambangkan kesucian atau kebersihan jiwa/hati nurani dengan niat yang tulus dan ikhlas mengharap keridhoan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dapat mewujudkan cita-cita berdirinya negara kesatuan Indonesia (NKRI) yang merdeka dan berdaulat.
Warna merah juga dilambangkan sebagai warna darah. Hal ini berarti darah yang berwarna merah menggambarkan bentuk semangat/gairah/gelora kehidupan yang terus saja mengalir untuk menggerakkan seluruh organ tubuh yang dilintasinya agar dapat beraktifitas.
Warna putih juga dilambangkan sebagai warna tulang belulang yang berfungsi untuk menegakkan tubuh dan membentuk tubuh agar dapat berdiri tegak/sejajar di atas permukaan bumi.
Merah-Putih sebagai lambang bendera bangsa Indonesia tidak secara sembaranga dijadikan warna bendera pusaka oleh para leluhur bangsa Indonesia. Yang boleh saya berpendapat, mereka itu sangat "mumpuni"  (= ahli) dalam bertirakat dan ber-filosofis di kehidupan ini.
Apabila kita menengok sejarah bangsa, maka dapatlah kita temukan kisah sebuah kerajaan besar yang sukses mempersatukan 'nusantara" yaitu kerajaan Majapahit dibawah pimpinan Mahapatih Gajah Mada, dengan rajanya yang bernama Hayam Wuruk. Kedua tokoh penting Majapahit tersebut telah menghantarkan kerajaaan yang besar menuju puncak kejayaan berkat semangat dan niat yang kuat untuk mempersatukan "nusantara' di bawah panji-panji Majapahit. Majapahit-pun telah memadukan dua unsur simbol yang berbeda anatara "gula" dan "kelapa" untuk memberikan nama keramat pada bendera kebesarannya.
Gula berasal dari sari tanaman tebu yang berwarna putih, sedangkan kelapa yang diolah menjadi gula dana disebut sebagai 'gula kelapa" berwarna merah. Perpaduan kedua unsur yang berbeda tersebut dapat melahirkan rasa yang sama yaitu "manis". Yang boleh saya terjemahkan sebagai "puncak kejayaan Majapahit yang membawa kemanisan hidup rakyatnya dengan semangat persatuan tanpa ada unsur saling membedakan" (Bhineka Tunggal Ika).

Udang

Udang adalah binatang air yang bercangkap lunak. Udang dalam bahasa jawa disebut "urang" yaitu binatang yang sangat digemari manusia sebagai lauk-pauk yang mengandung protein sangat tinggi. Sebagai menu santapan, udang merupakan jenis makanan yang cukup punya nama. Udang sangat digemari  manusia karena  seluruh anggota tubuhnya dapat dikonsumsi tanpa terbuang, seperti : udang rebus, udang goreng, sambal udang, kerupuk udang, dan lain sebagainya.
Akan tetapi bila "udang" kita konotasikan dalam pengertian tertentu maka banyak orang yang melakukan penolakannya, seperti :
1. "Otak udang", yang menggambarkan simbol bagi orang yang diberi predikat oleh orang lain karena memiliki keterlambatan dalam berpikir (=bodoh). Hal ini dapat dimaklumi karena udang memiliki struktur otak yang sangat kecil, maka kebanyakan orang tak kan mau bila disebut "berotak udang".
2. "Ada udang di balik batu", sebuah ungkapan yang menggambarkan tentang niatan seseorang yang tersembunyi ketika ia mengambil sikap atau mempunyai kepentingan tertentu pada seseorang. Karena itu ungkapan tersebut lazim digunakan untuk memberikan predikat pada tingkah laku dari orang yang memiliki niat/tujuan ganda yang tersembunyi dan menguntungkan dirinya, bahkan dapat merugikan pihak lain.